Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan atas alb

Indeks Berita

Aroma Kopi Lereng Mamasa Menyapa Dunia, Cita Rasa Lokal Diakui Global

| Sabtu, April 26, 2025 WITA |

Ketua Umum Asparindo, Y. Joko Setiyanto, bersama Ketua Bidang Luar Negeri Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Dewi Sartika Pasande saat mengunjungi UMKM Kopi Pokiringan di Desa Osango, Mamasa. 

MAMASA SULBAR, DUPLIKNEWS.COM - Aroma kopi khas dari pegunungan Mamasa kini tak hanya menghangatkan meja-meja rumah warga lokal, tetapi juga mengundang pujian dari Istana Negara hingga para penikmat kopi di jantung Eropa, Prancis. Kopi Mamasa, yang selama ini tumbuh di balik kabut pagi dan keteduhan hutan Sulawesi Barat Kabupaten Mamasa, kini telah menembus pasar global dengan citra yang membanggakan. 


Kabar ini muncul setelah Ketua Umum Asosiasi Pengelolah Pasar Indonesia (Asparindo), Y. Joko Setiyanto, bersama Ketua Bidang Luar Negeri Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Dewi Sartika Pasande, yang juga inisiator Lumbung Toraja di Prancis mengunjungi UMKM Kopi Pokiringan di Desa Osango, Mamasa. 


Dalam kunjungan tersebut, keduanya mencicipi langsung kopi khas Mamasa. Mereka memberikan apresiasi tinggi terhadap cita rasa dan kualitas kopi lokal tersebut, yang dinilai memiliki potensi besar menembus pasar nasional hingga internasional.


Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat UMKM lokal sekaligus menjadikan kopi sebagai alat diplomasi budaya. Joko Setiyanto menyampaikan kekagumannya terhadap proses pengolahan kopi Pokiringan Mamasa.  


“Kopi Pokiringan punya karakter yang khas dan berpotensi besar untuk bersaing di pasar global. Kami akan mendorong digitalisasi dan perluasan jaringan pemasaran untuk produk UMKM seperti ini,” ungkapnya.  


Sebagai sosok sentral dalam modernisasi pasar tradisional dan kerja sama internasional, Joko menekankan pentingnya inovasi berbasis kearifan lokal.  


“Kami berkomitmen menghubungkan produk unggulan daerah seperti kopi Mamasa dengan pasar yang lebih luas, baik melalui platform digital maupun jaringan internasional,” tambahnya.

Dewi Sartika Pasande mengenakan kain tenun asli Mamasa.
Sementara itu, Dewi Sartika Pasande, pengusaha agribisnis dan properti, menyoroti pentingnya kopi sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia.  


“Kopi bukan hanya komoditas ekonomi, tapi juga jembatan untuk memperkenalkan kekayaan budaya Sulawesi Barat ke dunia. Saya akan mendorong masuknya kopi Mamasa ke jaringan bisnis internasional, termasuk di Prancis,” ujar Dewi yang juga Direktur Utama PT Jas Mulia.


"Kopi Mamasa memiliki kekhasan rasa yang tidak bisa ditemukan di tempat lain dan menyimpan kehangatan budaya," lanjutnya.


Alumni Rice University AS itu juga dikenal aktif mempromosikan budaya Toraja di Eropa. Ia mengapresiasi regenerasi para penenun muda Mamasa dan mendorong pemerintah daerah memberikan perhatian khusus pada produk tenun lokal.  


“Sinergi antara UMKM kopi dan tenun bisa menjadi daya tarik wisata budaya yang berkelanjutan,” ujarnya.


Kehadiran Y. Joko Setiyanto dan Dewi Sartika Pasande di Mamasa merupakan bagian dari program bakti sosial dan CSR yang digagas PMTI. Langkah ini sekaligus menjadi wujud komitmen dalam pemberdayaan masyarakat, pelestarian budaya dan penguatan ekonomi lokal di Sulawesi Barat.

Bupati Mamasa Welem Sambolangi' saat berdiskusi dengan Y. Joko Setiyanto dan Dewi Sartika Pasande.

Bupati Mamasa, Welem Sambolangi', yang turut hadir dalam seremoni tersebut menyampaikan bahwa kebanggaan ini bukan hanya kebanggaan sektor pertanian, tetapi juga pengakuan terhadap budaya dan kerja keras masyarakat pegunungan Mamasa.


“Ini bukti bahwa hasil bumi Mamasa tidak kalah bersaing. Dengan semangat gotong royong, petani kita telah memperkenalkan Mamasa ke dunia,” tutur Welem.


Keberhasilan ini membuka peluang besar bagi pengembangan ekonomi berbasis komoditas unggulan. Pemerintah daerah bersama UMKM dan koperasi kopi tengah merancang ekspansi produksi serta pelatihan untuk memastikan kualitas tetap terjaga.


Kini, biji kopi dari lereng Mamasa tak hanya menjadi penghidupan bagi masyarakat, tetapi juga simbol rasa, identitas dan semangat daerah yang berhasil menembus batas dunia. (*/AA)

×
Berita Terbaru Update